BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
I. KONSEP PENYAKIT
- PENGERTIAN
Benigne Prostat Hyperplasia adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar/jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (Lab/UPF Ilmu Bedah RSUD Dr. Soetomo, 1994: 193).
Hipertropi Prostat adalah hiperplasia dari kelenjar
periurethral yang kemudian mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan
menjadi simpai bedah. (Buku Ajar Ilmu Bedah, Editor: R. Syamsuhidajat, Wim De
Jong - Edisi Revisi, Jakarta: EGC, 1998, hal: 1058).
Hiperplasia Prostate Jinak (BPH)
adalah pertumbuhan dari nodula-nodula, fibroadenomalosa majemuk dalam prostate,
jaringan hiperplastik terutama dari kelenjar dengan stroma fibrosa yang
jumlahnya berbeda-beda. (Price, 2005).
Hiperplasia Prostate Jinak adalah
suatu pembesaran dari kelenjar prostate yang disebabkan proliperasi dari sel
glandular dan interstitial yang etiologi secara pasti belum diketahui diduga
berhubungan dengan hormonal. (Doenges, 1999).
- ANATOMI dan FISIOLOGI
Kelenjar prostate terletak di bawah kandung kemih dan
mengelilingi/mengitari uretra posterior dan
disebelah proximalnya berhubungan dengan buli-buli, sedangkan bagian distalnya
kelenjar prostate ini menempel pada diafragma urogenital yang
sering disebut sebagai otot dasar panggul. Kelenjar ini pada laki-laki dewasa
kurang lebih sebesar buah kemiri atau jeruk nipis. Ukuran, panjangnya sekitar 4
- 6 cm, lebar 3 - 4 cm, dan tebalnya kurang lebih 2 - 3 cm. Beratnya sekitar 20
gram.
Prostate
terdiri dari:
·
Jaringan
Kelenjar : 50% - 70%
·
Jaringan
Stroma (penyangga) : 30% - 50%
·
Kapsul/Musculer
: 30% - 50%
Kelenjar prostate
menghasilkan cairan yang banyak mengandung enzym yang berfungsi untuk pengenceran
sperma setelah mengalami koagulasi (penggumpalan) di dalam testis yang membawa
sel-sel sperma. Pada waktu orgasme otot-otot di sekitar prostate
akan bekerja memeras cairan prostate keluar melalui uretra.
Sel - sel sperma yang dibuat di dalam testis akan ikut keluar melalui uretra.
Jumlah cairan yang dihasilkan meliputi 10 - 30 % dari ejakulasi. Kelainan pada
prostate yang dapat mengganggu proses reproduksi adalah keradangan
(prostatitis). Kelainan yang lain sepeti pertumbuhan yang abnormal (tumor) baik
jinak maupun ganas, tidak memegang peranan penting pada proses reproduksi
tetapi lebih berperanan pada terjadinya gangguan aliran kencing. Kelainan yang terjadi manifestasinya biasanya pada laki-laki usia
lanjut.
- ETIOLOGI
Penyebab yang pasti dari terjadinya Benigne Prostate Hyperplasia sampai sekarang belum diketahui secara pasti, tetapi hanya 2 (dua) faktor yang mempengaruhi terjadinya Benigne Prostate Hyperplasia yaitu testis dan usia lanjut. Karena etiologi yang belum jelas maka melahirkan beberapa hipotesa yang di duga timbulnya Benigne Prostate Hyperplasia antara lain:
a.
Hipotesis
Dihidrotestosteron (DHT)
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen akan menyebabkan
epitel dan stroma dari kelenjar prostate mengalami hiperplasia.
b.
Ketidakseimbangan
Estrogen-Testoteron
Dengan meningkatnya usia pada pria terjadi peningkatan hormon
estrogen dan penurunan testosteron sedangkan estradiol tetap yang dapat
menyebabkan terjadinya hyperplasia stroma.
c.
Interaksi
Stroma-Epitel
Peningkatan epidermal growth faktor atau fibroblas growth faktor dan
penurunan transforming growth faktor beta menyebabkan hiperplasia stroma dan
epitel.
d.
Penurunan
Sel Yang Mati
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma
dan epitel dari kelenjar prostate.
e.
Teori Stem
Cell
Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit. (Roger Kirby, 1994: 38).
- MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis yang ditimbulkan oleh
Benigne Prostate Hyperplasia disebut sebagai Syndroma Prostatisme.
Syndroma Prostatisme di bagi menjadi dua yaitu:
1.
Gejala
Obstruktif
a.
Hesitansi
yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan mengejan yang
disebabkan oleh karena otot destrussor buli-buli memerlukan waktu beberapa lama
meningkatkan tekanan intravesikal guna mengatasi adanya tekanan dalam uretra
prostatika.
b.
Intermitency
yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan karena ketidakmampuan
otot destrussor dalam mempertahankan tekanan
intra vesika sampai berakhirnya miksi.
c.
Pancaran
lemah: kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrussor memerlukan waktu
untuk dapat melampaui tekanan di uretra.
d.
Terminal
dribling yaitu menetesnya urine pada akhir kencing.
e.
Rasa tidak
puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas.
2.
Gejala
Iritasi
a.
Urgency
yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.
b.
Frekuensi
yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada malam hari
(nocturia) dan pada siang hari.
c.
Disuria
yaitu nyeri pada waktu kencing.
Ada juga yang membagi gejala Benigne Prostate
Hyperplasia menjadi 4 (empat) grade yaitu:
1.
Pada grade
1 (congestic)
a.
Mula-mula
pasien berbulan atau beberapa tahun susah kencing dan mulai mengedan
b.
Kalau
miksi merasa puas
c.
Urine
keluar menetes dan pancaran lemah
d.
Nocturia
e.
Urine
keluar malam hari lebih dari normal
f.
Ereksi lebih
lama dari normal dan libido lebih dari normal
g. Pada cytoscopy kelihatan hyperemia dari
orificium urethra interna. Lambat laun terjadi varices akhirnya bisa terjadi
perdarahan (blooding)
2.
Pada grade
2 (residual)
a.
Bila miksi
terasa panas
b.
Dysuri
nocturi bertambah berat
c.
Tidak bisa
buang air kecil (kencing tidak puas)
d.
Bisa
terjadi infeksi karena sisa air kencing
e.
Terjadi
panas tinggi dan bisa menggigil
f. Nyeri pada daerah pinggang (menjalar ke ginjal)
3.
Pada grade
3 (retensi urine)
a.
Ischuria
paradosal
b. Incontinensia paradosal
4.
Pada grade
4
a.
Kandung
kemih penuh
b.
Penderita
merasa kesakitan
c.
Air
kencing menetes secara periodik yang disebut over flow incontinensia
d.
Pada
pemeriksaan fisik yaitu palpasi abdomen bawah untuk meraba ada tumor, karena
bendungan yang hebat
e. Dengan adanya infeksi penderita bisa menggigil
dan panas tinggi sekitar 40 - 410 C selanjutnya penderita bisa koma.
- PATOFLOW
Faktor usia Perubahan status kesehatan hipertropi prostate tidak adekuatnya Intake
dan aktivitas
Intake berkurang
Ketidakseimbangan Krisis
situasi kurangnya Prostaktetomi
Endokrin pengetahuan
(testosteron,estrogen) Ansietas luka operasi kelemahan
Salah
informasi
Pembesaran Kelenjar Tindakan Kurang
Pengetahuan Krisis situasi Penurunan aktivitas
Prostat pembedahan
Kurang informasi
Penekanan leher Inkontinuitas
jaringan Motilitas usus meningkat
kandung kemih Mekanisme
koping
Merangsang pengeluaran in efektif terjadinya penyerapan
Neurotrasmiter (B,P,H) air
terus menerus di
Terjadi Cemas kolon
penyerapan feses
Penyempitan Reseptor nyeri Serabut saraf
perifer
Berkurangnya aliran kemih Konstipasi
kekandung kemih SSP kurangnya
perawatan
luka
Tekanan suprapubik Nyeri
munculnya
mikroorganisme
Rasa ingin berkemih
Resti infeksi
Air kemih tidak keluar dengan kuat Gangguan
pola eliminasi
Air kemih yang masih
bertahan
dikandung kemih terjadi
dilatasi uretra
dan
dilatasi ginjal
Tempat berkembangbiaknya kuman
Hygiene yang
kurang/buruk disfungsi
ginjal
Infeksi Keseimbangan
cairan dan elektrolit
di dalam tubuh
- PATOFISIOLOGI
Sejalan dengan
pertambahan umur, kelenjar prostate akan mengalami
hiperplasia, jika prostate membesar akan meluas ke
atas (bladder), di dalam mempersempit saluran uretra prostatica dan menyumbat
aliran urine. Keadaan ini dapat meningkatkan tekanan intravesikal. Sebagai
kompensasi terhadap tahanan uretra prostatika, maka otot detrusor dan buli-buli
berkontraksi lebih kuat untuk dapat memompa urine keluar. Kontraksi yang
terus-menerus menyebabkan perubahan anatomi dari buli-buli berupa: Hipertropi
otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sekula dan difertikel
buli-buli. Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan klien sebagai keluhan
pada saluran kencing bagian bawah atau Lower Urinary Tract Symptom/LUTS
(Basuki, 2000: 76).
Pada fase-fase awal dari Prostate
Hyperplasia, kompensasi oleh muskulus destrusor berhasil dengan sempurna.
Artinya pola dan kualitas dari miksi tidak banyak berubah. Pada fase ini
disebut sebagai Prostate Hyperplasia Kompensata.
Lama kelamaan kemampuan kompensasi menjadi berkurang dan pola serta kualitas
miksi berubah, kekuatan serta lamanya kontraksi dari muskulus destrusor menjadi
tidak adekuat sehingga tersisalah urine di dalam buli-buli saat proses miksi
berakhir seringkali Prostate Hyperplasia menambah
kompensasi ini dengan jalan meningkatkan tekanan intra abdominal (mengejan)
sehingga tidak jarang disertai timbulnya hernia dan haemorhoid puncak dari
kegagalan kompensasi adalah tidak berhasilnya melakukan ekspulsi urine dan
terjadinya retensi urine, keadaan ini disebut sebagai Prostate
Hyperplasia Dekompensata.
Fase Dekompensasi yang masih akut menimbulkan
rasa nyeri dan dalam beberapa hari menjadi kronis dan terjadilah inkontinensia
urine secara berkala akan mengalir sendiri tanpa dapat dikendalikan, sedangkan
buli-buli tetap penuh. Ini terjadi oleh karena buli-buli tidak sanggup
menampung atau dilatasi lagi.
Puncak dari kegagalan kompensasi adalah
ketidakmampuan otot detrusor memompa urine dan menjadi retensi urine. Retensi urine kronis dapat mengakibatkan kemunduran fungsi ginjal.
- KOMPLIKASI
·
Aterosclerosis
·
Infark jantung
·
Impoten
·
Haemoragic post operasi
·
Fistula
·
Struktur pasca operasi & inkontinensia
urine
- DERAJAT BPH
Ada 3 cara untuk mengukur besarnya BPH, yaitu:
1.
Rectal
grading
Rectal grading atau rectal toucher
dilakukan dalam keadaan buli-buli kosong. Sebab bila buli-buli penuh dapat
terjadi kesalahan dalam penilaian. Dengan rectal toucher diperkirakan dengan
beberapa cm prostat menonjol ke dalam lumen dan rectum. Menonjolnya prostat
dapat ditentukan dalam grade.
Pembagian grade
sebagai berikut:
0 - 1 cm : Grade
0
1 – 2 cm : Grade
1
2 - 3 cm : Grade
2
3 – 4 cm : Grade
3
Lebih 4 cm :
Grade 4
Biasanya pada grade 3 dan 4 batas
dari prostat tidak dapat diraba karena benjolan masuk ke dalam cavum rectum.
Dengan menentukan rectal grading maka didapatkan kesan besar dan beratnya
prostat dan juga penting untuk menentukan macam tindakan operasi yang akan
dilakukan. Bila kecil (grade 1), maka terapi yang baik adalah T.U.R (Trans
Urethral Resection) Bila prostat besar sekali (grade 3-4) dapat dilakukan
prostatektomy terbuka secara trans vesical.
2.
Clinical
grading
Pada
pengukuran ini yang menjadi patokan adalah banyaknya sisa urine. Pengukuran ini
dilakukan dengan cara, pagi hari pasien bangun tidur disuruh kencing sampai
selesai, kemudian dimasukkan kateter ke dalam kandung kemih untuk mengukur sisa
urine.
Sisa urine 0
cc : Normal
Sisa urine 0
- 50 cc : Grade 1
Sisa urine 50
- 150 cc : Grade 2
Sisa urine
>150 cc : Grade 3
Sama sekali
tidak bisa kencing : Grade 4
3.
Intra
urethra grading
Untuk melihat
seberapa jauh penonjolan lobus lateral ke dalam lumen urethra. Pengukuran ini
harus dapat dilihat dengan penendoskopy dan sudah menjadi bidang dari urology
yang spesifik. Efek yang
dapat terjadi akibat BPH:
a.
Terhadap
urethra
Bila lobus
medius membesar, biasanya arah ke atas mengakibatkan urethra pars prostatika
bertambah panjang, dan oleh karena fiksasi ductus ejaculatorius maka
perpanjangan akan berputar dan mengakibatkan sumbatan.
b.
Terhadap
vesica urinaria
Pada vesica urinaria akan
didapatkan hypertropi otot sebagai akibat dari proses kompensasi, dimana muscle
fibro menebal ini didapatkan bagian yang mengalami depresi (lekukan) yang
disebut potensial divertikula.Pada proses yang lebih lama akan terjadi
dekompensasi dari pada otot-otot yang hypertropi dan akibatnya terjadi atonia
(tidak ada kekuatan) dari pada otot-otot tersebut.Kalau pembesaran terjadi pada
medial lobus, ini akan membentuk suatu post prostatika pouch, ini adalah
kantong yang terdapat pada kandung kencing dibelakang medial lobe.Post prostatika
adalah sebagai sumber dari terbentuknya residual urine (urine yang tersisa) dan
pada post prostatika pouch ini juga selalu didapati adanya batu-batu di kandung
kemih.
c.
Terhadap
ureter dan ginjal
Kalau keadaan
urethra vesica valve baik, maka tekanan ke ekstra vesikel tidak diteruskan ke
atas, tetapi bila valve ini rusak maka tekanan diteruskan ke atas, akibatnya
otot-otot calyces, pelvis, ureter sendiri mengalami hipertropy dan akan
mengakibatkan hidronefrosis dan akibat lanjut uremia.
d.
Terhadap
sex organ
Mula-mula
libido meningkat, tapi akhirnya libido menurun.
BPH terbagi dalam 4 (empat) derajat sesuai dengan gangguan klinisnya:
1. Derajat satu, keluhan prostatisme ditemukan penonjolan prostat 1-2 cm, sisa urine kurang 50 cc, pancaran lemah, necturia, berat +20 gram.
2. Derajat
dua, keluhan miksi terasa panas, sakit, disuria, nucturia bertambah berat,
panas badan tinggi (menggigil), nyeri daerah pinggang, prostat lebih menonjol,
batas atas masih teraba, sisa urine 50-100 cc dan beratnya +20-40 gram.
3. Derajat
tiga, gangguan lebih berat dari derajat dua, batas sudah tak teraba, sisa urine
lebih 100 cc, penonjolan prostat 3-4 cm, dan beratnya 40 gram.
4. Derajat
empat, inkontinensia, prostat lebih menonjol dari 4 cm, ada penyulit keginjal
seperti gagal ginjal, hydroneprosis.
- PEMERIKSAAN FISIK
1.
Perhatian
khusus pada abdomen; Defisiensi nutrisi, edema, pruritus, echymosis menunjukkan
renal insufisiensi dari obstruksi yang lama. Distensi kandung kemih
2.
Inspeksi
: Retensi urine. Penonjolan pada daerah supra pubik
retensi urine.
retensi urine.
3.
Palpasi:
Akan terasa adanya ballotement dan ini akan menimbulkan pasien ingin buang air
kecil.
4.
Perkusi: Residual urine. Redup.
5.
Pemeriksaan
penis: Uretra kemungkinan adanya penyebab lain misalnya stenose meatus,
striktur uretra, batu uretra/fimosis. Posisi knee chest.
6.
Pemeriksaan
Rectal Toucher (Colok Dubur).
Syarat : Buli-buli kosong/dikosongkan.
Tujuan :
·
Menentukan
konsistensi prostat.
·
Menentukan
besar prostate.
- PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan darah lengkap
b.
Urinalisa
: warna kuning, coklat gelap, merah gelap atau terang (berdarah), penampilan
keruh, PH 7 atau lebih besar (menunjukkan infeksi), bakteri, SDP, SDM mungkin
ada secara mikroskopis
c.
Kultur
urin : dapat menunjukkan staphylococcus, auccus, protous, klebslela,
pseudomonas atau E.coli
d. Sitologi urin : untuk
mengesampingkan kanker kandung kemih
e. BUN/Kreatinin : meningkatkan bila
fungsi ginjal dipengaruhi
f. Asam fosfat serum/antigen khusus
prostatik
g.
SDP
: mungkin lebih besar dari 11.000, mengidentifikasi infeksi bila pasien tidak
imunosuprasi
h.
Penentuan
kecepatan aliran urin; mengkaji derajat obstruksi vesica urin
i.
IVP
dengan film paksa berkemih : mengajukan perlambatan penggunaan kandung kemih,
membedakan derajat obstruksi kandung kemih dan adanya pembesaran prostat di
vertikuli kandung kemih dan penebalan abnormal otot kandung kemih
j.
Sistauretrografi
berkemih : digunakan sebagai ganti lup untuk mempisulisasi kandung kemih dan
uretra.
k.
Sistrogram
: mengukur tekanan dan volume dalam kandung kemih untuk mengidentifikasi
disfungsi yang tidak berhubungan dengan HPD.
l.
Sistrotroscopi
: untuk menggambarkan derajat kebesaran prostat dan perubahan dinding kandung
kemih.
m. Sistrametik : mengevaluasi fungsi
oral destrusur dan tonusnya.
n.
Otrasound
tranrektal :mengukur ukuran prostat jumlah resiko urin melokalisasi lesi yang
tidak berhubungan dengan HPD.
o. Radiologis
Intravena
pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct Scanning, cystoscopy, foto polos
abdomen. Indikasi sistogram retrogras dilakukan apabila fungsi ginjal buruk,
ultrasonografi dapat dilakukan secara trans abdominal atau trans rectal (TRUS =
Trans Rectal Ultra Sonografi), selain untuk mengetahui pembesaran prostat ultra
sonografi dapat pula menentukan volume buli-buli, mengukut sisa urine dan
keadaan patologi lain seperti difertikel, tumor dan batu (Syamsuhidayat dan Wim
De Jong, 1997).
p. Prostatektomi Retro Pubis
Pembuatan
insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung kemih tidak dibuka, hanya ditarik dan
jaringan adematous prostat diangkat melalui insisi pada anterior kapsula
prostat.
q. Prostatektomi Parineal
Yaitu pembedahan dengan kelenjar
prostat dibuang melalui perineum.
K.
PENATALAKSANAAN MEDIK
1. Non Operatif
1. Pembesaran hormon estrogen &
progesteron
2. Massase prostat, anjurkan sering
masturbasi
3. Anjurkan tidak minum banyak pada
waktu yang pendek
4. Cegah minum obat antikolinergik,
antihistamin & dengostan
5. Pemasangan kateter.
2. Operatif
Indikasi: terjadi pelebaran kandung kemih dan urine sisa 750 ml
Indikasi: terjadi pelebaran kandung kemih dan urine sisa 750 ml
a. TUR (Trans Uretral Resection)
b. STP (Suprobic Transersal
Prostatectomy)
c. Retropubic Extravesical
Prostatectomy)
d. Prostatectomy Perineal
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Linda Jual.. 1995. Rencana
Asuhan & Dokumentasi Keperawatan (terjemahan). Jakarta
: EGC.
Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah. Volume I
(terjemahan). Jakarta
: EGC.
Hardjowidjoto S. 1999. Benigna Prostat Hiperplasia. Airlangga University
Press. Surabaya.
Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan, Edisi 17. Jakarta:
ST. Carolus.
Lab / UPF Ilmu Bedah, 1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi. Surabaya,
Fakultas Kedokteran Airlangga / RSUD. dr. Soetomo.
Long, B.C., 1996. Perawatan Medikal Bedah : Suatu
Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Maryono, Rosa. 2000. SAP.
ST. Carolus. Jakarta
: ST. Carolus.
Smeltzer. Suzanne. C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar